MENYIKAPI GEJOLAK HARGA SAHAM

Penghasilan investor saham berasal dari capital gain dan dividen. Potensi keuntungan yang paling besar berasal dari capital gain. Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Ketika harga jual lebih tinggi dibandingkan harga beli maka investor akan memperoleh capital gain. Namun di sisi lain jika harga beli lebih rendah daripada harga jual maka ia akan menderita capital loss. Memahami sell/cut loss yang berbuah pada capital loss ini penting untuk menerapkan nilai waktu uang (time value of money) seperti yang dikatakan oleh salah satu manejer investasi tersukses di dunia, Peter Lynch, “Tak ada yang salah dari kehilangan uang saat berinvestasi saham. Yang salah adalah, ketika menggenggam erat sebuah saham, atau lebih buruk lagi melakukan average down, ketika fundamental perusahaannya memburuk”.

Sumber penghasilan yang kedua adalah dividen. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah mengasilkan keuntungan. Keuntungan ini nantinya akan digunakan untuk ekspansi bisnis atau dibagikan ke pemegang saham. Hal ini biasanya ditentukan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Bagian keuntungan yang dibagikan ke pemegang saham inilah yang disebut sebagai dividen. Dikatakan bahwa keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan digunakan untuk pengembangan bisnis atau dibagikan ke pemegang saham. Dengan demikian pembagian dividen bukan sesuatu yang bersifat wajib. Perusahaan yang masih berada pada siklus pertumbuhan biasanya akan memilih untuk mengembangkan bisnisnya ketimbang membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen. Namun demikian, perusahaan juga memiliki opsi lain ketia ia tidak ingin membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen kas. Opsi lain ini adalah dividen saham (stock dividend).

Dalam investasi dikenal high risk high gain; low risk low gain; no risk no gain. Artinya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi tingkat pengembalian, contohnya investasi di pasar saham. Risiko yang rendah memberikan tingkat keuntungan yang rendah, contohnya investasi dalam bentuk emas, property, deposito dll. Dan tiadanya risiko maka tidak akan ada keuntungan. Pada hakikatnya tidak ada instrument investasi yang tidak mengandung risiko. Mungkin kita beranggapan bahwa berinvestasi dalam bentuk deposito tidak mengandung risiko. Hal ini merupakan keyakinan yang salah. Baru baru ini menguak kasus PT Bank Century Tbk saat beberapa nasabah besarnya seperti Budi sampoerna yang hendak menarik uangnya sebesar 2T namun dana tidak tersedia. Dari BUMN dapat dilihat seperti Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor, Bapindo, dimana keempat perbankan ini merupakan bank plat merah yang babak belur dihantam oleh krisis moneter 1998. Karenanya, berinvestasi dalam bentuk deposito bukan tanpa risiko melainkan berisiko rendah (low risk). Karena low risk maka low gain atau tingkat pengembaliannya juga rendah.

Kembali lagi ke saham. Investasi di saham mengandung risiko yang sangat tinggi karena dana yang diinvestasikan bisa kehilangan 20%, 40%, atau bahkan 100% alias lenyap. Namun seperti yang dikatakan high risk high gain, risiko yang tinggi itu menawarkan keuntungan yang tinggi juga. Oleh sebab itu, agar berhasil maka harus mampu mengelola risiko.
Ahli dibidang pasar saham, Warran Buffet, mengatakan “risk comes from not knowing what you are doing”. Artinya bahwa risiko berasal dari ketidaktahuan. Karenanya, untuk meminimalisir risiko kita sebaiknya mengembangkan kompetensi. Masalahnya kebanyakan investor masuk ke pasar modal dengan membawa uang disertai keberanian yang cukup namun pengetahuan dan keterampilan yang kurang memadai. Sebagai akibatnya, survey menunjukkan bahwa 90% investor di Indonesia menderita kegagalan. Dalam memulai bisnis, jauh lebih baik memiliki pengetahuan tapi tidak memiliki uang daripada memiliki uang tapi tidak memiliki pengetahuan karena pengetahuan dapat menghasilkan uang. Namun yang terbaik adalah memiliki keduanya.

Di pasar saham kita akan sering melihat harga saham yang meroket terbang puluhan persen dalam kurun waktu yang singkat. Sebaliknya, akan ada juga situasi dimana harga saham terjun bebas pulahan persen dalam waktu yang tidak lama bisa dalam kurun harian, mingguan atau beberapa bulan saja. Pergerakan harga saham seperti itu ada saja yang wajar (sebagai akibat dari perubahan fundamental yang signifikan), namun kebanyakan adalah tidak wajar atau dengan kata lain hal itu terjadi karena ulah dari beberapa pelaku pasar yang memiliki modal besar. Ia bisa individu maupun institusi. Sebagai contoh, individu atau perusahaan tertentu yang memegang saham X dalam jumlah besar memperjual belikan saham X miliknya sendiri di pasar (penjual dan pembeli adalah pihak yang sama namun menggunakan beberapa rekening sekuritas yang berbeda), dimana transaksi dilakukan pada harga yang lebih tinggi dari transaksi sebelumnya. Pada akhirnya, setelah digoreng seperti ini harga sahamnya naik terus. Individu atau perusahaan inilah yang disebut dengan istilah Bandar di pasar saham. Selanjutnya hal ini akan memancing trader yang belum mengerti untuk masuk atau membeli saham tersebut karena secara teknikal pergerakan harga sahamnya bagus, disertai dengan rekomendasi-rekomendasi yang sangat banyak di sosial media. Pada waktunya harga saham ini akan terjun bebas karena kenaikan tadi bukan diakibatkan fundamental. Dan pada saat itu tiba, akan banyak sekali korban-korban yang terjebak di dalam karena setelah itu biasanya harga sahamnya akan terus nyungsep atau bahkan hilang dari peredaran.

Salah satu risiko terbesar ada di sini karena kerugian tidak tanggung tanggung. Sangat mungkin kehilanga seluruh dana alias 100% (seperti contoh-contoh yang disajikan di bawah dimana harga sahamnya tidak lagi bergerak saat menyentuh harga ternendahnya, atau hilang sama sekali dari perederan). Sekarang jelas bahwa pengetahuan yang mendalam itu mutlak hukumnya jika ingin berbisnis di pasar modal. Sebagai contoh, investor yang sudah memiliki pengetahuan yang memadai bisa melihat pergerakan harga saham yang meroket terbang atau terjun bebas itu merupakan sesuatu yang wajar atau tidak. Saham PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) baru-baru ini terbang puluhan persen dalam waktu singkat dan ini wajar sebagai akibat perubahan yang bersifat fundamental. Namun bagaimana pergerakan harga historis saham-saham seperti Trada Maritime (TRAM), Sekawan Intipratama (SIAP), Express Trasindo Utama (TAXI), Sugih Energy (SUGI), Rimo Inernational Lestari (RIMO), dan masih banyak lagi?

Kesimpulannya, akan ada banyak pernyataan negatif tentang pasar modal. Biasanya ini berasal dari mereka yang keluar dari pasar modal setelah menderita kerugian besar. hal ini dikarenakan mereka datang dengan uang dan keberanian yang cukup namun pengetahuan yang kurang memadai. Akan ada juga orang-orang tertentu yang menjanjikan keuntungan puluhan persen dalam waktu singkat secara terus-menerus. Biasanya orang-orang ini memiliki tujuan tersembunyi dibalik janji-janji tersebut. Mendengarkan peryataan negatif yang pertama akan membuat orang skeptis akan pasar modal; mendengarkan janji-janji yang kedua akan membuat orang menjadi korban berikutnya.

Komentar