MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING

Perusahaan monopoli tidak membutuhkan competitive advantage atau keunggulan bersaing agar dapat survive dan bertumbuh. Namun, era sekarang ini menunjukkan situasi persaingan yang sangat ketat seperti yang dikatakan Tom Peter "kita berada pada era persaingan yang kacau". Lihat saja misalnya taxi ala Uber yang berbasis di San Fransico, AS yang memasuki pasar Indonesia dan  membuat perusahaan taxi Bulebird dan Exspress "sesak nafas", Alfamaret dan Indomart yang sudah memasuki perkampungan dan jaraknya yang dekat-dekat, dan masih banyak lagi.

Stuasi ini memaksa setiap perusahaan yang ingin survive dan berkembang untuk memiliki keunggulan bersaing dan memupuknya secara terus-menerus. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menganalisis model 3C yang dikembangkan oleh Kehinchi Ohmae yang dikenal dengan sebutan Mr. Strategy. 3C ini adalah company, costumer, dan competitor.

Apa yang menjadi strengths dari company kita? Strengths ini dapat dilihat dari keuangan, produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia (akan dibahas dalam tulisan-tulisan berikutnya) yang dimiliki company. Tapi mesti diingat yang namanaya analisis strengths itu bersifat relatif. Dalam contoh tulisan sebelumnya dikatakan hanya karena kita memiliki pegawai yang rata-rata memiliki pengalam lima tahun dibidangnya bukan berarti itu dapat dikatakan strength jika pegawai competitor rata-rata memiliki pengalaman sepuluh tahun misalnya. Dengan demikian perusahaan harus membandingkan dengan competitor-nya. Di samping Strengths perusahaan juga memiliki weaknesses. Dalam hal ini, kita berfokus untuk mengembangkan strengths dan meminimalisir kelemahahannya.

Elemen yang kedua dari 3C adalah costumer. Ikon marketing Indonesia Hermawan Kartajaya dan ahli marketing dunia lainnya meredefinisi marketing dengan mengatakan bahwa marketing haruslah strategi korporat dan bukan sekedar strategi fungsional. Redefinisi tersebut diilhami oleh superpraktisi David Packard yang mengatakan "Marketing is too important for marketing deprtment!" dan maha-guru manajemen Peter F. Drucker yang pernah menulis "Only Marketing and Innovation are important for business. The other are the cost!" Bapa marketing moderen Philip Kotler mengatakan bahwa marketing adalah tentang menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Karenanya, berkaitan dengan elemen costumer perusahaan harus berfokus menciptakan costumer satisfaction dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai yang unggul.

Elemen terakhir adalah competitor. Peubahan dan teknologi membuat situasi persaingan semakin kacau. Competitor bisa muncul dan hilang tiba-tiba dan bahkan tidak kelihatan. Minimarket dan swalayan bisa dikejutkan competitor online mereka. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu "terbangun" mengawasi competitor-nya. Kedatangan taxi ala uber memberi dampak besar terhadap Perusahaan Bluebird dan Express. Demikian juga Ojek tradisional dikejutkan oleh kedatangan Gojek dan perusahaan aplikasi sejenis. Bahkan, kantor pos yang adalah perusahaan BUMN mengalami kerugian yang bertubi-tubi akibat tidak "terbangun" tadi.

Nah, untuk menciptakan keunggulan bersaing perusahaan harus menganalisis model 3C yang diuraikan di atas. Selain itu, perusahaan juga harus lihai membaca change. Change inilah yang membuat apa yang dulu dicari-cari konsumen menjadi outdated saat ini. Change dapat mendatangkan opportunity atau treat. Nokia adalah salah satu contoh yang telat merespon change. Akibatnya? Seperti yang kita lihat.

Komentar